Sabtu, 14 November 2009

CUACA BERUBAH- UBAH PENYAKIT PUN MEWABAH

Beberapa hari ini kita disuguhi perbedaan iklim yang ekstrem. Ada kalanya matahari begitu senang memanggang kepala hingga sakit, namun tak jarang pula matahari begitu malas dan bersembunyi dibalik awan hitam. Selama berhari-hari tanaman dan jalanan dibuat kering, tapi beberapa hari kemudian saluran dipenuhi air hingga meluber ke jalanan.
Ya, menebak cuaca saat ini ibarat menebak skor sepakbola, sulit ditentukan. Ini karena pergantian musim dipengaruhi oleh pemanasan global. Jika pada tahun-tahun lalu, musim hujan dan kemarau mudah ditentukan pada bulan-bulan tertentu, maka saat ini musim kerap berubah-ubah dan sulit diramalkan.
Karena itulah, jika dulu kita mendapati satu atau paling banyak dua kali masa peralihan, maka saat ini setiap saat pun dapat digolongkan sebagai masa peralihan. Celakanya, dimasa peralihan ini bibit penyakit pun menjamur. Tengok saja pasien yang memenuhi bangku rumah sakit atau klinik-klinik kesehatan, meminta giliran diperiksa dokter, dari pasien dewasa sampai anak bahkan bayi.

PERUBAHAN SUHU
Cuaca yang ekstrem dapat membuat anak gampang sakit, karena suhu tubuh berusaha keras menyesuaikan dengan temperatur sekitar yang turun naik secara drastis. Saat itu pula imunitas (daya tahan tubuh terhadap penyebab penyakit) berkurang, yang menyebabkan anak sering sakit di musim pancaroba. Apalagi bibit penyakit juga mudah ditemukan di mana-mana, saat bermain di lapangan, di sekolah, bahkan di dalam rumah.
Pergantian musim membuat suhu semakin meningkat. Coba saja rasakan saat anda keluar rumah pukul 12 siang, matahari sudah siap memanggang. Kondisi ini jelas menyiksa, jika berlama-lama kepala dapat pusing dan berdenyut-denyut. Apalagi jika anak alergi terhadap sinar matahari. Kondisi ini menjadi siksaan tersendiri buatnya.
Kelembaban udara juga cukup tinggi. Kondisi ini jelas surga bagi virus, baik virus yang telah ada maupun virus yang telah lama menghilang atau mengalami fase dorman (mati suri). Virus tahan untuk tidak mati dalam waktu lama, bisa berpuluh-puluh tahun. Jika kondisinya memungkinkan, virus itu dapat hidup kembali. Virus ebola, contohnya, yang sudah lama tak dikenali tapi tiba-tiba muncul kembali. Itulah mengapa, penyakit yang di akibatkan virus seperti infeksi saluran pernapasan atas hingga flu burung dapat berkembang luas dan semakin mewabah pada masa kini. Karena, cuaca yang tak bersahabat, anak-anak pun lebih senang bermain di dalam rumah. Interaksi anak yang sakit dan sehat di dalam rumah, sehingga mempermudah penularan penyakit.

DEMAM BERDARAH SAMPAI ALERGI
Masa peralihan juga membuat habitat nyamuk semakin padat. Ingat, nyamuk berkembang biak dalam udara lembab dan panas. Banyaknya nyamuk membuat penyakit yang diakibatkannya semakin meningkat. Angka kejangkitan demam berdarah tetap tinggi. Ini dapat dilihat dari data di rumah sakit, pasien demam berdarah tetap banyak pada masa peralihan.
Masa peralihan juga berisiko menyebabkan meluasnya penyakit yang menyerang saluran pernapasan. Ini karena kuantitas materi debu di udara semakin meningkat, yang diakibatkan oleh meningkatnya suhu rata-rata global. Terlebih, angin juga seakan menemukan kekuatannya dengan bertiup lebih kencang, sehingga debu atau bibit penyakit mudah tersebar. Dapat dibayangkan jika debu penuh bibit penyakit itu masuk ke dalam tubuh lewat saluran pernapasan. Penyakit batuk, pilek, dan demam pun mengancam anak. Gangguan alergi juga bisa bertambah parah seiring dengan banyaknya debu yang beterbangan. Penderita alergi menjadi semakin tersiksa oleh banyaknya materi debu : mata merah, hidung berair, bersin-bersin, dan aneka keluhan lainnya dapat muncul.
Bagi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai, kenaikan permukaan air laut mengakibatkan banjir dan erosi, serta mencemari sumber-sumber air bersih. Beberapa penyakit pun dapat mewabah, mulai penyakit kulit hingga diare. Apalagi kondisi gizi anak-anak di tanah air juga sangat memprihatinkan. Ini jelas menjadi sasaran empuk bagi bibit penyakit untuk menyerang.
Dalam jangka panjang, pemanasan global dapat membuat kemarau semakin panjang dan lama. Akibatnya, sumber-sumber air bersih menjadi langka. Kelangkaan ini juga dapat menyebabkan berbagai penyakit baru, karena masyarakat memanfaatkan air tidak bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Penyakit-penyakit seperti tifus, diare, sakit perut, dan lain-lain juga tetap mengancam.

LINDUNGI DIRI DAN LINGKUNGAN
Menyesali masa peralihan yang kacau akibat pemanasan global tentu tak banyak membantu. Yang terpenting adalah membentengi tubuh anak dari cuaca yang tak bersahabat ini, dengan cara meningkatkan daya tahan tubuhnya. Ingat, kekebalan tubuh merupakan benteng pertama untuk menangkal penyakit.
Solusi lainnya, jaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat. Bersihkan rumah, buanglah sampah pada tempatnya, pastikan air dan makanan yang dikonsumsi bersih, santaplah makanan bergizi dalam porsi yang cukup. Lewat berbagai cara itu, kita dapat menaklukkan musim yang berubah-ubah dan tidak bersahabat ini. Bukankah katanya sehat dan sakit itu juga pilihan ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar